Habibie: Dulu Batam Tidak Punya Apa-apa

ICMIBATAM – Disaat Hari Jadi Kota Batam ke 180 tahun 2009 ini sedang digelar dan dipersiapkan secara matang oleh para panitia, masyarakat Batam juga berkesempatan dengan orang yang dulunya pernah menakhodai arah kebijakan pengembangan Batam dalam kurun waktu cukup lama yang juga  mantan Presiden RI, BJ Habibie. Kedatangannya ke Batam untuk menghadiri Silahturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Hotel Novotel dan peresmian Klinik Ginjal R.A. Habibie di Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK).

Pada saat memberikan orasinya pada Jumat (10/12) diacara Silaknas  ICMI, Habibie membahas persoalan perekonomian. Pria yang berjasa dalam pembangunan Kota Batam ini menyebut bahwa Batam tidak mempunyai apapun. Dibukanya Batam timbul dari pemikiran Suharto setelah melihat letak Batam yang strategis dan berhadapan dengan Singapura dan Malaysia.

Pada waktu itu, kapal-kapal tanker asing bebas hilir mudik di perairan Batam yang merupakan jalur pelayaran internasional. Pada saat itu lah timbul pikiran dari Presiden Soeharto untuk mengembangkan Batam sebagai kawasan perdagangan dan industri.

Namun kini, Batam menurutnya sudah banyak perubahan dan berkembang. Jumlah penduduk sudah mencapai 900 ribu jiwa dan jumlah ini akan terus bertambah untuk kota seperti Batam. Batam memang tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) untuk diolah. Untuk itu ia mengajak agar bangsa Indonesia untuk memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM).

Orang yang paling berpengaruh terhadap peningkatan SDM adalah ibu. ”Ibu kuncinya. Peranan ibu dan perempuan harus dikeluarkan dari ketertinggalan dan harus berada di garis depan, bahu membahu bersama bapak,” katanya dan disambut tepukan meriah dari peserta Silaknas.

Dulu, pertumbuhan ekonomi di Batam mencapai 17 persen ketika ia masih memimpin sebagai Ketua Otorita Batam (OB). Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2008  pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 7,8 persen. Menurutnya, tidak perlu saling menyalahkan terhadap  menurunnya pertumbuhan ekonomi ini.

”Yang terpenting harus segera memperbaikinya. Jangan saling menyalahkan. Dan orang
Batam harus menyelesaikan permasalahannya. Jangan melibatkan orang luar,” katanya
penuh semangat dihadapan seluruh peserta Silaknas ICMI yang hadir.

Habibie memberikan tiga kiatnya dalam menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi.  Pertama, bekerja keras tanpa mengenal rasa lelah. Kedua, selalu rasional dan fair terhadap orang lain dan menyelesaikan permasalahan dengan waktu yang sesingkatnya dengan  pengorbanan yang seminimnya serta mampu bekerja dengan satu tim.

”Jangan pernah mau jadi pahlawan. Yang penting bisa tidur nyenyak dab menjaga persatuan sehingga masyarakat menjadi rakyat yang madani,” paparnya. Salah satu langkah yang harus ditempuh untuk memperbaiki perekonomian adalah dengan menggerakkan pasar dalam negeri.

Harus sistematis namun tidak berati pasar dalam negeri harus di proteksi. Langkah yang  ditempuh untuk menggerakkan produk  dalam negeri ini yakni dengan daya saing, meningkatkan kualitas dan SDM.

Pada saat membuka Silaknas, Habibie memaparkan makalah yang berjudul ”Indonesia Abad XXI, Unggul?  Makalah ini menurutnya pernah paparkan dihadapan civitas akademica ITB. Jika pada saat pemaparan dihadapan citivtas academika ITB, Habibie berbicara sampai empat jam, kemarin pada saat pembukaan Silaknas, ia berbicara hampir, 1,5 jam. Itu pun setelah seluruh peserta Silaknas menyetujui dirinya untuk menambah waktu pemaparan.

”Pada saat memberikan pemaparan di ITB, makalah saya berjudul ”Indonesia Abad  2045,” ujar suami dari Ainun Habibie ini. Secara kenyataan, Indonesia Kaya, tapi miskin. Mengapa? ”Karena saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang tidak tahu besok makannya bagaimana. Masih banyak  yang belum bisa menikmati air bersih yang sehat termasuk pendidikan,” katanya memberi alasan.

Ini disebabkan karena agrobisnis dan pertambangan belum bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk penduduk. Sehingga itu perlu dilakukan perubahan dari mengandalkan SDA ke SDM.

Sesuai dengan program MDG menuntaskan kemiskinan pada tahun 2015 yang dicetuskan pada tahun 2000. Diantaranya yang menjadi program MDG, untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan kualitas pendidikan, kesetaraan gender, mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu saat melahirkan serta mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS dan Malaria.

Dalam kesempatan itu, Habibie juga membeberkan hasil perkembangan penduduk dari  tahun 2005 sampai dengan tahun 2045. Menurut catatannya, pada tahun 2005 jumlah  penduduk mencapai 219 juta. Diprediksi pada tahun 2025 mencapai 273 juta. Ditahun  2045 merupakan 100 tahun Indonesia merdeka dan jumlah penduduk mencapai 364  juta jiwa. Sama seperti di Batam, yang jumlah penduduknya sudah mencapai satu juta jiwa.

”Orang memilih Batam karena di desa tidak ada pekerjaan,” tutur pria yang berusia 73 tahun ini.
Dari tahun ke tahun perkembangan kota di Indonesia terus mengalami peningkatan.  Pada tahun 1961 hanya 14,8 persen penduduk yang tinggal di kota. Di tahun 2000  melonjak menjadi 42,2 persen dan asumsi pada tahun 2010 diprediksi penduduk yang  tinggal di kota mencapai 57,4 persen. Habibe mengharapkan agar melalui Silaknas ini,  ICMI dapat memberikan masukan dan turut mendukung pengentasan kemiskinan.

”Jika ICMi peduli, saya yakin program ini akan tercapai,” katanya penuh semangat. Pembukaan ICMI ini dihadiri oleh Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, Ketua OB yang  juga merupakan Ketua pelaksana Silaknas ICMI, Mustafa Widjaja, Gubernur Provinsi Kepri, Ismeth Abdullah, Anggota DPD RI, Aida Ismeth Abdullah dan sejumlah tokoh  penting lainnya. Hingga dilaksanakannya pembukaan Silaknas ICMI, jumlah peserta Silaknas yang hadir sebanyak 218 orang.

(*crew_humas/dv)

Leave a Reply

Galeri Foto

Switch to our mobile site

Log in -