Ekonomi Triwulan III Melambat, Sejalan Dengan Tingkat Pengangguran

By Taslimahudin 21 Nov 2016, 14:40:00 WIBKabar Batam

Ekonomi Triwulan III Melambat, Sejalan Dengan Tingkat Pengangguran

Keterangan Gambar : Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra. (FOTO : CREW MC)


Media Center Batam - Kinerja perbankan di wilayah Kepri mengalami perlambatan pada triwulan laporan (III) namun stabilitas sistem keuangan daerah tetap terjaga. Hal itu dilihat dari sisi Kredit yang tumbuh 5,61  persen (yoy) meski melambat dibanding triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan 9,946 persen (yoy). 

Perlambatan kredit terutama bersumber dari kredit investasi yang menurun 3,14 persen (yoy), sementara kredit modal kerja dan konsumsi masih tumbuh 7,64 persen (yoy) dan 10,14 persen (yoy). 

Dari catatan Bank Indonesia Wilayah Kepri, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan aset tercatat menurun masing-masing sebesar 1,96 persen (yoy) dan 1,56 persen (yoy).

“Namun, di tengah tekanan perlambatan ekonomi, stabilitas sistem keuangan daerah tetap terjaga, ini tercermin dari tingkat kredit bermasalah terjaga pada level aman sebesar 2,40 persen,” ujar Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, akhir pekan lalu.

Sejalan dengan perlambatan ekonomi, transaksi tunai maupun non tunai mengalami penurunan. Total outflow Rp 2.194 miliar, menurun 24,57% (yoy), diperkirakan karena tingkat kebutuhan uang kartal kembali normal pasca puncak belanja Ramadan dan Idul Fitri pada triwulan Il 2016.

Kelebihan uang kartal yang beredar akan kembali ke Bank Indonesia. Setoran bank (inflow), yang tercatat sebesar RP1 .424 miliar atau meningkat 37,34 persen (yoy). Adapun total net outflow sebesar Rp 769 miliar, menurun 58,88 persen (yoy).

Sementara itu, nominal transaksi kliring sebesar Rp 5.130 miliar, menurun 13,57 persen (yoy). Demikian pula jumlah warkat sebanyak 137.778 lembar, menurun 13,90 persen (yoy). 

Perlambatan kinerja sektor-sektor ekonomi utama menyebabkan kebutuhan tenaga kerja, sehingga tingkat pengangguran cenderung meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

“Secara sektoral, penurunan serapan tenaga kerja utamanya pada sektor industri pengolahan dan konstruksi. Kondisi ini sejalan dengan penurunan kinerja kedua sektor tersebut karena masih lemahnya tingkat permintaan produk industri maupun proyek konstruksi, sehingga kebutuhan tenaga kerja juga berkurang,” katanya.



Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment