Breaking News
- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Ekonomi Kepri Triwulan I 2017 Diproyeksi Masih Melambat
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
Media Center Batam - Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau diperkirakan melambat di triwulan pertama tahun 2017. Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan pertumbuhan ekonomi Kepri di triwulan pertama diproyeksi pada kisaran 4,9-5,3 persen (yoy).
Meski secara tahunan pertumbuhan ekonomi Kepri diperkirakan naik jadi 5,1-5,5 persen. Proyeksi ini tidak lepas dari asumsi terjadinya perbaikan pertumbuhan ekonomi global.
"Ini biasa terjadi di kwartal pertama. Perlambatan ekonomi di kwartal pertama ini juga dipengaruhi peningkatan inflasi," kata Gusti di Batam, Senin (20/2).
Menurutnya kenaikan inflasi di kwartal pertama 2017 bersumber dari kenaikan administered price seperti listrik, biaya perpanjangan STNK, gas, dan kebijakan pemerintah lainnya. Adapun besaran inflasi Kepri di 2017 diperkirakan masih berada di kisaran 4 plus minus 1 persen, sejalan dengan target inflasi nasional.
Gusti mengatakan ada beberapa risiko yang bila tidak dikelola dengan baik bisa membuat laju inflasi lebih tinggi. Pertama yaitu potensi musim kemarau yang lebih panjang. Oleh karena itu perlu dikembangkan program pengendalian inflasi khususnya untuk volatile food.
"Hal ini harus dijaga, tidak lebih dari 4 persen di 2017. Kalau lebih, risiko inflasi total bisa lebih dari 4 persen. Dari inflasi inti juga terdapat risiko. Peningkatan suku bunga The Fed (bank sentral Amerika Serikat) juga akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Ia mengatakan perkiraan perlambatan ekonomi juga dipengaruhi tingkat permintaan global dan harga minyak yang belum membaik signifikan. Sehingga permintaan sektor industri masih terbatas.
Berdasarkan survei kegiatan dunia usaha, pelaku usaha memperkirakan realisasi usaha triwulan I 2017 masih menurun. Daya beli masyarakat juga diperkirakan belum membaik.
"Survei konsumen di Januari 2017 menunjukkan penurunan tingkat keyakinan konsumen. Realisasi belanja pemerintah juga cenderung masih rendah pada triwulan pertama," kata dia.
![Iklan Bawah Detail Berita](foto_iklantengah/45149ppid.jpg)
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments