- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Server Tak Siap, UNBK SMP Sempat Tertunda
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
Media Center Batam - Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP Negeri 3 Batam, Senin (23/4), sempat tertunda lebih dari 30 menit. Meski peserta ujian sudah duduk di depan layar komputer sejak pukul 07.30 sesuai jadwal, ujian tak kunjung dimulai hingga 08.10 WIB. Penundaan ini akibat data server yang tidak siap sehingga jaringan tak terhubung ke pusat.
"Tapi kesalahan bukan di sini. Servernya yang belum siap. Menurut informasi ini juga terjadi di semua sekolah yang UNBK di Batam," kata Kepala SMPN 3 Batam, Wiwik Darwiyati.
Ia berharap penundaan ini tidak berlangsung lama sehingga tak mengganggu jadwal ujian sesi siang dan sore. Karena untuk UNBK ini, siswa kelas IX SMPN 3 Batam dibagi menjadi tiga sesi ujian.
Antara sesi diberi jarak waktu satu jam. Jika penundaan lebih dari satu jam, dikhawatirkan akan membuat sesi kedua dan ketiga mundur pelaksanaannya.
"Tahun ini kita ada 463 siswa dari 12 kelas yang ikut ujian. Karena keterbatasan komputer, kita bagi jadi tiga sesi. Tiap sesi delapan ruang. Dalam satu ruang diisi ada yang 10, 13, dan 20 siswa," papar Wiwik.
Ia mengatakan ini tahun pertama SMPN 3 gelar UNBK mandiri. Tahun lalu UNBK dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas di SMAN 1 Batam.
"Komputer untuk ujian kali ini ada 160 unit. 40 milik SMPN 3, dan 120 dipinjam dari orangtua siswa. Ini bentuk partisipasi orangtua," ujarnya.
Menurut Wiwik, komputer jinjing yang dipinjam dari orangtua ini sebelumnya juga sudah dipakai untuk simulasi. Pada simulasi pertama, komputer masih dikembalikan ke orangtua siswa. Tapi setelah simulasi kedua, komputer disimpan di sekolah guna sterilisasi sebelum ujian.
Keterbatasan sarana ini tak hanya dialami SMPN 3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin mengatakan saat ini dari 57 SMP negeri, yang melaksanakan UNBK hanya enam sekolah. Dan itu masih meminta partisipasi orangtua untuk komputernya.
"Hampir semua sekolah, SMPN 26 enggak lengkap, ada penambahan 40 komputer. SMPN 11, SMPN 6 juga. Lebih dari 50 persen alat dari sekolah, sebagian dari orangtua," kata Muslim.
Menurutnya masalah ini harus segera diatasi. Karena itulah setiap tahun ia selalu mengajukan pengadaan komputer di APBD. Tapi berkali-kali alami penundaan dengan berbagai alasan. Padahal komputer ini penting untuk menunjang kebutuhan pendidikan anak.
"Sekarang yang UNBK baru 30-35 persen. Padahal saya menargetkan 2019, 75 persen Batam UNBK, sesuai target pusat. Kalau anak-anak mau punya kualitas baik, harus UNBK. Karena tidak mungkin terjadi kebocoran soal. Begitu soal muncul, anak-anak langsung kerjakan. Langsung terlihat salah berapa, benar berapa," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, Arifin Nasir. Belum lengkapnya fasilitas UNBK ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Karena anak didik perlu pembaruan dalam menghadapi ujian nasional.
"Kalau berbasis kertas kita khawatirkan masalah kejujuran. Kita jngin ada kepercayaan semua pihak dalam hasil UN. Dengan kertas masih ada peluang kerjasama anak-anak. Meski hasil UN bukan satu-satunya komponen kelulusan, tapi untuk lulus salah satu syaratnya adalah mengikuti UN," kata Arifin.
Ia berharap tahun ini Kepri bisa masuk 10 besar nasional. Baik untuk SMP maupun SMA. Karena tahun lalu SMA Kepri masuk 10 besar. Sedangkan SMP belum 10 besar tapi tidak terlalu jauh di bawah.