Festival Dzikir Kepri Bermadah 2016 Memperkuat Kebudayaan Pesisir

By Kartika 07 Apr 2016, 11:41:58 WIBKabar Batam

Festival Dzikir Kepri Bermadah 2016 Memperkuat Kebudayaan Pesisir

Keterangan Gambar : Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, Arifin Nasir


Media Center Batam - Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa ikut memeriahkan Festival Dzikir Kepri Bermadah tahun 2016 di Belakangpadang. Lomba seni khas melayu ini dibuka di Gedung Kesenian Indra Sakti oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, Arifin Nasir mewakili Gubernur Kepri, Rabu (6/4).

"Ini tahun ketiga dibuat acara ini. Terakhir 2013. 2014 tidak bisa dilaksanakan karena bertepatan dengan MTQ Nasional di Kota Batam. Dan 2015 tidak dapat dilaksanakan karena di Kepri saat itu defisit anggaran sampai Rp 800 miliar, jadi kegiatan ini tidak dapat dipertahankan," kata Arifin.

Ia akui tahun 2016 ini sebenarnya Pemprov Kepri masih mengalami defisit, namun jumlahnya lebih kecil yakni Rp 300 miliar. Karena itulah Dinas Kebudayaan mempertahankan agar kegiatan ini dapat kembali dilaksanakan.

Kegiatan ini tetap diselenggarakan di Belakangpadang karena merupakan daerah perbatasan dan menjadi jendela Indonesia bagi negara-negara di sekitar.

"Yang mengelilingi Kepri ini ada Singapura, Malaysia, Kamboja, Vietnam. Untuk itu kebudayaan harus diperkuat dari daerah pesisir. Kalau tidak seperti itu, membahayakan visi misi Kota Batam sebagai bandar dunia madani," kata dia.

Ia mengatakan kegiatan ini adalah salah satu upaya membangun kebudayaan. Tidak hanya sebagai tontonan yang atraktif tapi juga berisi pesan nasihat.

Dzikir bermadah ini dulunya dikenal dengan nama dzikir barat. Perubahan nama dilakukan agar anak-anak di Kepulauan Riau punya jati diri. Tanpa jati diri, anak-anak Kepri bisa menjadi asing dengan dirinya sendiri.

"Pembangunan kebudayaa tak boleh berhenti. Tak cukup anak-anak hanya diajar not lagu daerah," sebutnya.

Arifin mengatakan festival dzikir bermadah ini akan berlangsung selama tiga hari. Dan perlombaannya dibagi menjadi tiga kategori sesuai usia.

Jurinya juga terdiri dari tiga orang, yaitu Raja Murat, mantan juri festival tari nasional, Luki Daryudi, seniman tari, serta staf Dinas Kebudayaan yang juga penata musik, Azmi Mahmud.

Raja Murat mengatakan ada beberapa kriteria penilaian dzikir bermadah ini. Di antaranya yaitu harmonisasi dan gerak tari, serta kesesuaian penampilan secara keseluruhan.



Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment