- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Mosquito Trap Ala Jerman Sukses Minimalisir Nyamuk di Batubesar
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
- Kultum Ba’da Dzuhur Masjid Agung Batam : Ramdahan Momentum Bersihkan Jiwa0
- Karena Sampah, 12 Kelurahan Kota Malang Kunjungi Taman Baloi0
- Pekan Ini, Jalan Teuku Umar Mulai Dikerjakan0
- Mahasiswa UPB Jadikan Kominfo Batam Lokasi Studi Fisik0
- Walikota Minta Kafilah Batam Pertahankan Juara di MTQ Provinsi Berikutnya0
Media Center Batam - Mahasiswa Universitas Riau Kepulauan bersama dengan lembaga penelitian FCL, meneliti efektivitas sistem mosquito trap terhadap pengurangan jumlah nyamuk di lingkungan studi. Lokasi yang dipakai untuk kegiatan penelitian yaitu lahan seluas 2.000 meter persegi di daerah Nongsa, tepatnya di proyek pembangunan rumah tambah (RUBAH) di Kampung Melayu, Kelurahan Batubesar.
Dosen Universitas Riau Kepulauan, Rahmat Kurniawan mengatakan sistem perangkap nyamuk yang diteliti ini menggunakan produk ALO the Mosquito Machines asal Jerman namun diproduksi di Jawa Timur.
"Sistem kerjanya itu dengan meletakkan empat unit mesin di empat sudut lokasi. Dan pada tiap unit terdapat empat bak kecil penampung air. Alat ini kemudian ditutupi tanaman, atau diletakkannya di dekat tanaman, untuk mengundang nyamuk datang," kata Rahmat, Jumat (10/6).
Lokasi di sekitar alat dibuat senatural mungkin sehingga nyamuk mau datang. Ada tanaman yang bisa membuat nyamuk tertarik mendekat. Di bawah tanaman tersebut diletakkan wadah kecil berisi air dan sabut kelapa. Sehingga nyamuk akan bertelur di wadah tersebut.
"Karena rentang waktu penetasan telur itu lima hari, maka di alat ini ada pompa yang menyedot airnya tiap tiga hari sekali. Setelah air dibuang mesin akan mengisi otomatis bak tadi," kata Rahmat.
Sistem ini sudah mulai dipakai di Kampung Melayu sejak Desember 2015 lalu. Selama enam bulan pemakaian, masyarakat setempat sudah merasakan manfaat dari alat tersebut.
Pemilik rumah yang menjadi sumber listrik dan air untuk proyek konstruksi rumah tambah, Mubin mengaku sangat terbantu dengan adanya alat ini. Menurutnya, jumlah nyamuk di lokasi tersebut berkurang drastis.
"Dulu beli obat nyamuk berkotak-kotak. Sekarang satu kotak, sebulan pun tak habis," akunya.
Alat ini, kata Rahmat, sudah digunakan di berbagai lokasi kontruksi di Singapura. Di Indonesia, alat ini juga sudah dipakai di Bali, Lombok, dan kawasan wisata Nikoi Bintan.
"Untuk kasus-kasus di Batam, seperti kaki gajah, demam berdarah, yang penyebarannya melalui nyamuk, mungkin bisa diminimalisir dengan alat ini. Karena sistemnya yang natural dan berkelanjutan, serta melindungi satu kawasan besar," kata Rahmat.
Adapun penelitian yang dilakukan mahasiswa Unrika saat ini adalah untuk melihat seberapa banyak bakal nyamuk yang mati dengan alat tersebut. Dan menurut Rahmat, saat ini pihak perusahaan sedang mengembangkan alat yang ukurannya lebih sederhana dan ekonomis namun tetap efisien secara fungsi.