- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Kepri Perlu Tim Monitoring Gula Rafinasi
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
Media Center Batam - Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Provinsi Kepuauan Riau desak pemerintah bentuk tim monitoring gula rafinasi. Ketua DPP APEGTI Kepri, Nurbaini mengatakan tim dibutuhkan untuk memantau peredaran gula refinasi di Kepri.
"Tim semestinya terdiri dari berbagai pihak. Karena gula rafinasi ini banyak dari luar sehingga pintu masuk harus dijaga," kata dia di Batam Centre, Rabu (26/4).
APEGTI, kata Nurbaini, mensinyalir gula rafinasi banyak beredar di Kepri. Gula dengan pemurnian tinggi ini dijual bebas di pasar tradisional.
Selain dijual murni, ada juga pedagang yang mengoplosnya dengan gula biasa. Gula rafinasi ini berukuran lebih halus dibanding gula biasa. Bahkan bentuknya cenderung menyerupai tepung. Sehingga bila dicampur relatif sulit diketahui.
"Padahal gula rafinasi ini berbahaya. Kalau dikonsumsi lama-lama bisa meninggal," kata dia.
Menurut Nurbaini, distributor lebih suka jual gula rafinasi atau yang oplosan karena harganya lebih murah, sekitar Rp 5.500-6.000 per kg. Sementara harga gula biasa mencapai Rp 12.500 per kg.
Dan ada juga pedagang yang menjual gula rafinasi seharga yang sama dengan gula biasa. Sehingga keuntungan yang didapatkan lebih besar.