- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Batam Jadi Proyek Percontohan Rumah Tambah dan Tropical Town
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
Media Center Batam - Future Cities Laboratory (FCL) Singapura bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Pemerintah Kota Batam, Badan Pengusahaan Batam, dan Universitas Indonesia, serta Universitas Riau Kepulauan membangun rumah tambah dan tropical town di Batam. Perencanaan kota berkelanjutan untuk Batam ini dibangun di Kampung tua Kampung Melayu, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa. Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh perwakilan tiap instansi pada Jumat (27/5).
Profesor Stephen dari FCL mengatakan para peneliti dari FCL telah membuat sebuah rancangan rumah dan pemukiman yang berkelanjutan. Tujuannya yaitu untuk menyikapi cepatnya perkembangan kota-kota di daerah tropis.
"Pada rumah tambah ini pondasi serta atap didesain supaya bangunan bisa dikembangkan secara vertikal hingga tiga lantai. Rancangan rumah juga dilengkapi dengan beberapa teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan panel surya sebagai sumber energi alternatif, penampungan air hujan, dan pengelolaan limbah berupa teknologi desentralisasi septic tank yang mampu menyuburkan tanah sekitar," paparnya.
Rumah tambah (rubah) percontohan yang dibangun di Batam merupakan uji coba, atau purwarupa. Batam, dipilih karena tahun lalu disebut-sebut sebagai kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
"Jadi Batam merupakan tempat yang tepat untuk menguji coba rancangan rumah ini. Jika dianggap berhasil, tipe rumah ini akan diterapkan juga di daerah lain di Indonesia serta Asia Tenggara," kata Stephen.
Setelah membangun rumah, maka pemukiman merupakan bagian terpenting dalam rancangan yang lebih luas. Karena itulah disiapkan juga desain Tropical Town.
Menurutnya Tropical Town bukanlah sebuah masterplan, melainkan paket gabungan antara teknologi dan konsep rancangan yang mengedepankan prinsip-prinsip berorientasi terhadap lingkungan, serta dilengkapi dengan optimalisasi kapasitas bangunan. Paket tersebut mampu menampung 6000 penghuni dengan kepadatan 540 orang per hektar.
Sedangkan secara perencanaan kota, Tropical Town tersusun dari empat tingkatan skala. Yakni skala lingkungan bertetangga, skala kampung kecil (susunan beberapa rumah bertetangga), skala kota, dan skala kawasan. Pada dua skala terakir, diintegrasikan dengan lansekap produktif, ruang publik terbuka, dan pengolahan air limbah.
"Desain tentang rumah tambah dan tropical town ini telah dipamerkan di banyak pameran internasional, termasuk di Arsitektur Biennale Rotterdam yang ke-5 ‘Making City’ pada April 2012). Kemudian ‘Smart City: The Next Generation’ the AEDES Gallery, Berlin, 17 Mei–4 Juli 2013. Juga di Universitas Indonesia Desember 2013, ETH Zürich September 2014, dan URA ‘Future Cities: Research In Action’ January 2015. Tropical Town juga pernah dipublikasikan di majalah Harvard Design Edisi 41, Desember 2015 yang berjudul ‘Wild City? The Migrant Settlements of Kampung Tower’," kata dia.
Ia mengatakan proyek ini merupakan kolaborasi antara FCL, Singapore-ETH Centre (SEC), dan Universitas Indonesia. Sedangkan Partner Lokalnya adalah Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) serta Pemerintah Kota Batam. Konsultan Lokal serta ahli bangunan lokal juga dilibatkan di proyek ini.