BI Latih 580 Wartawan se-Indonesia

By Kartika 20 Nov 2017, 15:51:09 WIBKabar Media Center

BI Latih 580 Wartawan se-Indonesia

Keterangan Gambar :


Media Center Batam - Bank Indonesia menggelar Pelatihan Wartawan Daerah 2017, Senin-Selasa (20-21/11). Pelatihan yang digelar di Grand Sahid Hotel Jakarta ini diikuti 580 wartawan dari seluruh Indonesia. Tepatnya dari 46 Kantor Perwakilan BI di 34 provinsi. Terdiri dari 56 wartawan TV, 120 radio, 181 media cetak, dan 223 media online.

"Ini merupakan tahun kedua. Tahun ini berbeda. Tahun lalu dibuat dua sesi, per wilayah kerja. Tahun ini secara bersamaan untuk seluruh wilayah," kata Ketua Penyelenggara, Agusman.

Kepala Departemen Komunikasi BI ini mengatakan pelatihan dilaksanakan karena BI melihat pentingnya keberadaan media dalam menyampaikan dan mengawal kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas. Atas dasar itulah BI memandang penting untuk meningkatkan kapasitas wartawan secara rutin. Terutama terhadap fungsi Bank Sentral dalam kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.

Pada pelatihan ini peserta akan menerima lima tema besar pembahasan. Yakni pengendalian inflasi daerah, kebijakan gerakan nasional non tunai, BI Jangkau, makroprudensial, dan pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan BI.

"Tujuannya adalah untuk mendorong pemberitaan positif mengenai kebijakan ekonomi Indonesia. Khususnya di wilayah kerja masing-masing," ujarnya.

Pentingnya keberadaan media ini juga diakui Kepala Departemen Manajemen Strategis dan Tata Kelola BI, Dyah Nastiti. Menurutnya media adalah jembatan bagi semua lembaga instansi dengan masyarakat di dunia.

"Kami di BI sangat menyadari pentingnya media. Nanti kita mungkin melihat juga wartawan medsos. Ini juga jadi bahasan nanti," kata Dyah dalam sambutan sebelum membuka pelatihan secara resmi.

Berdasarkan data, masyarakat Indonesia semakin lama usia rata-ratanya semakin muda. Dara BPS 2016, rata-rata usia penduduk Indonesia 28 tahun. Sebanyak 65 persen berada di bawah usia 39 tahun.

"Artinya kalau kita melihat seperti itu, paling banyak adalah digital natives. Anak-anak yang lahir di era digital dan tidak tahu bagaimana era sebelum digital itu. Cara komunikasi mereka berbeda. Perlu cara untuk menarik perhatian usia ini," ujarnya.

Digital natives, kata Dyah, menghabiskan 3 jam 44 menit setiap hari dengan smartphone-nya. Mereka cenderung mendapat informasi mengenai berita melalui situs online yang memiliki konten sederhana. Yakni lebih banyak gambar dibanding tulisan.

"Dalam diskusi kita ingin mencari cara bagaimana kita menyampaikan ke anak muda ini. Kunci komunikasinya adalah pendek atau singkat, dalam, hyperlink. Dan mereka selalu mau menyampaikan opininya, jadi perlu ada like comment. Serta ada keywords dab gambar," kata dia.

Hal ini juga menjadi perhatian BI. Dan BI sedang memikirkan cara untuk menjawab tantangan ke depan tersebut.

"Kita muncul dengan info grafis. Saya rasa ke depan infografis juga dirasa tidak cukup. Maka perlu dipikirkan bagaimana menarik bonus demografi dua dekade ke depan itu," pungkas Dyah.



Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment