- Ribuan Pencari Kerja Ramaikan BPJS Ketenagakerjaan Job Fair
- Aparat Keamanan Lakukan Patroli Bersama
- Tim U-15 Serahkan Piala Gubernur ke Walikota Batam
- Kepri Masih Alami Deflasi di April 2018
- Prihatin Tragedi Surabaya, BEI Kenakan Pita Hitam di Lengan
- Pelindo Siapkan 2.000 Tiket Mudik Gratis
- Cahaya Garden Jadi Pasar Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- 250 Lansia Sekupang Bergembira di Pantai Dangas
- Umat Muslim Batam Mengaji Bersama di Engku Putri
- Tujuh Kaligrafi Batam Lolos ke Final
Pantai Nongsa Kembali Tercemar Limbah Minyak Hitam
Berita Populer
- Sekolah SMA di Batam Gratis, Uang Komite Dihapuskan
- Gaji Tenaga Kontrak Pemko Batam Sesuai SHB
- Domisili Usaha Tak Perlu Diperpanjang Tiap Tahun
- Pensiunkan PNS Ijazah SMA, Pemko Tunggu Juknis Menpan RB
- Cek Proses KTP Cukup Lewat SMS
Berita Terkait
Media Center Batam - Limbah minyak hitam atau yang biasa disebut sludge oil menjadi permasalahan yang dihadapi Kota Batam khususnya kawasan pantai utara tiap tahunnya. Pencemaran sludge oil kerap terjadi di musim utara, seperti awal tahun ini.
Sludge oil kembali cemari pantai di kawasan Nongsa sejak pekan lalu. Warga Nongsa Pantai Kecamatan nongsa, Dayat mengatakan minyak hitam mirip aspal menggumpal dan penuhi bibir pantai pada Minggu (22/1) lalu. Dan hingga Rabu (25/1) siang tumpukan minyak hitam juga masih terlihat di balik pasir pantai.
"Datangnya minyak ini bersamaan dengan cuaca buruk kemarin. Infonya ada tanker tabrakan di tengah laut jadi limbah minyaknya terbawa sampai ke sini," kata Dayat, Rabu (25/1).
Kondisi ini berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan di kawasan pantai tersebut. Melihat kondisi pantai yang berwarna hitam, pengunjung memilih pulang daripada main di laut.
"Kalau main air terus kena limbah minyak itu juga rasanya panas. Jadi banyak yang akhirnya balik karena limbah ini. Pengunjung Pulau Puteri juga sepi," kata dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam, Dendi Purnomo memperkirakan sekira 40-60 ton sludge oil cemari pantai utara Pulau Batam. Paparannya diperkirakan mencapai 1,2 kilometer.
Menurut Dendi, dugaan sementara asal limbah adalah dari peristiwa tabrakan kapal tanker di Selat Philips bulan lalu. Minyak dari kapal tanker tumpah ke laut dan terbawa arus angin utara ke perairan Batam.
"Kami terima laporan pada Sabtu malam. Tim sudah terjun ke lokasi pada Minggu pagi untuk mengambil sampel. Kita sudah koordinasi dengan Guskamla Armabar dan pihak Kanpel juga sudah hubungi marine security Singapura. Pencemarannya memang sampai utara Bintan," kata Dendi.