Seminar Masjid IMG_5270BATAM – Pertumbuhan masjid tidak terlepas dari pasang surutnya perkembangan dakwah Islam. Dalam perjalanan sejarah dunia Islam, masjid menjadi tersohor dan maju karena telah menjadikannya sebagai pusat keilmuan, bahkan sejak zaman Rasulullah, masjid juga sudah berfungsi multidimensional. Demikian antara lain sambutan yang disampaikan oleh Prof. Dr. KH.Tarmizi Taher selaku Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat pada saat membuka acara seminar sehari dan tour ASEAN, Jum’at (6/11) di hotel Pusat Informasi Haji (PIH) Batam. Seminar ini masih dalam rangkaian kegiatan Festival Masjid Bersejarah dan Keraton tingkat Nasional – Asia Tenggara ke-4 tahun 2009 yang telah  dimulai sejak kemarin, Kamis (5/11).

Sebanyak 127 peserta yang merupakan perwakilan pengurus  DMI Pusat, Pengurus daerah DMI Provinsi dan Kab/Kota, Pejabat Departemen dan BUMN, Profesional serta perwakilan peserta Festival Masjid Nusantara memadati ruang seminar yang mengambil tema “Peran Masjid Bersejarah Bagi Pewarisan Peradaban dan Kebudayaan Islam Nusantara”.

Ketua pelaksana Natsir Zubaidi mengatakan tujuan dari diselenggarakannya seminar tersebut adalah terwujudnya kesadaran budaya dan peradaban Islam bagi masyarakat Serantau. Seminar tersebut akan berlangsung selama satu hari, mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB. Lebih lanjut Natsir juga berharap melalui seminar ini peserta  akan memperoleh informasi dan pengetahuan tentang upaya pelestarian budaya bangsa terutama peninggalan masjid bersejarah nusantara dan Asia Tenggara,  meningkatkan peran Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam melaksanakan pelestarian budaya bangsa terutama peninggalan masjid nusantara dan Asia Tenggara. Di samping itu, DMI diharapkan mampu menjadikan masjid sebagai fungsinya sekaligus menjadikannya sebagai pusat pariwisata religius yang mampu memberikan daya tarik sebagai bagian dari aset peninggalan yang memiliki nilai sejarah.

Dirjen Bimas Islam Depag. RI, Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA sebagai salah satu pembicara, dalam penyampaian orasi ilmiahnya yang berjudul ” Pemberdayaan Mesjid untuk Pemberdayaan Umat”, berharap agar jumlah masjid yang saat ini berkembang pesat di seluruh wilayah Indonesia juga diikuti dengan pemberdayaan masjid atau menjadikan masjid sebagai tempat berbagai kegiatan. “Pemberdayaan masjid yang maksimal, selain dapat mempererat hubungan masyarakat di sekitar masjid, juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari sisi sosial ekonomi serta kehidupan keagamaan”, tambahnya.

Disinggung soal keberadaan masjid yang memiliki latar belakang organisasi kemasyarakat (ormas) seperti Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah, Nasaruddin menjelaskan tidak akan mempermasalahkan keberadaan ormas dalam acara tersebut. Bahkan, dengan keberadaan DMI tersebut, diharapkan mampu menetralisir adanya perbedaan faham.”Tidak ada masalah, pengurusnya ikut organisasi apa, yang penting pengelolahan masjid tetap professional”, ujarnya.

Setelah istirahat dan shalat Jum’at, acara seminar dilanjutkan kembali dengan menghadirkan beberapa pembicara yang akan menyampaikan orasi ilmiahnya, antara lain Ir. Achmad Fanani (Arsitek Masjid Agung Jateng), E. Djaenudrajat (Dirjen Sejarah dan Purbakala), serta GBPH. H. Joyokusumo.  Keesokan harinya, para peserta akan melanjutkan acara dengan kegiatan Tour ASEAN selama satu hari penuh, yang dimulai dari Malaysia kemudian Singapura dan kembali lagi ke Batam.