LAMPU JALAN. foto.JPG; iwan (2)BATAM – Masyarakat daerah hinterland saat ini sangat membutuhkan penerangan listrik. Proyek pengadaan mesin genset ini dinilai memang sangat baik. Karena sangat membantu masyarakat di daerah hinterland untuk menikmati penerangan listrik. Pemko Batam melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pasar Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (PMPK-UKM) memberikan bantuan genset untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah hinterland.
Kepala Dinas PMPK-UKM Kota Batam, H. Perialin,  SE, M.Si, kamis (12/11) mengatakan ada enam tempat yang mendapat mesin genset dan 10 sekolah di daerah hinterland. Sebanyak 10 sekolah ada di tiga kecamatan yaitu Belakang Padang, Bulang dan Galang diantaranya SMPN 13 Karas, SMPN 24 Pulau Abang, SMAN 6 Air Raja, SMAN 9 Kasu, SMPN 5 Pulau Buluh, SMP 14 Setokok, SMP 33 Pulau Terong, SMAN 7, SMAN 13, SMAN 10 Sijantung. Menurut Pebrialin pemberian bantuan dilakukan dalam rangka membantu proses belajar mengajar terutama pada malam hari. Pemberian bantuan tersebut merupakan salah satu wujud kepedulian Pemko Batam terhadap dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya para pelajar daerah hinterland yang tengah membekali diri dengan ilmu pengetahuan.
Enam tempat yang mendapatkan bantuan genset diantaranya Pulau Nanga dengan 44 rumah, 133 rumah untuk Pulau Sembur , Pulau Tanjungpiayu Laut terdapat 71 rumah, 26 rumah untuk Pulau Tanjungsaok, Pulau Jaluh terdapat 184 rumah, dan 79 rumah untuk Pulau Bubut. Masing-masing tempat mendapatkan satu genset dengan daya listrik 30-85 KVA. Bantuan genset tersebut sebagai salah satu bentuk kepedulian Pemko Batam terhadap kebutuhan listrik bagi masyarakat di daerah hinterland. Target sebanyak 577 rumah di daerah hinterland dalam 2009 sudah mendapat fasilitas listrik, Bantuan genset tersebut diberikan karena memang daerah tersebut tidak ada jaringan listrik sama sekali.
Febrialin berharap genset tersebut dapat digunakan untuk kepetingan masyarakat seperti penerangan rumah ibadah, pengajian, hari-hari besar dan kegiatan masyarakat lainnya meliputi kegiatan kenduri seperti pesta pernikahan, arisan serta kegiatan untuk penyelenggaraan orang meninggal dunia serta dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha UKM di daerah. Febrialin juga berharap agar listrik di Batam dari hari ke hari makin baik. “untuk mewujudkan visi dan misi Batam sebagai Bandar Dunia Madani, listrik sangat di butuhkan karena listrik adalah kebutuhan yang paling mendasar dalam melakukan segala aktifitas warga.
Program listrik dengan dana sebesar Rp 2,5 miliar yang dianggarkan dalam APBD Kota Batam tahun 2009. Selain menganggarkan dana untuk kegiatan listrik pedesaan ini, juga dianggarkan dana untuk subsidi bahan bakar genset. Kegiatan subsidi ini baru dimulai pada tahun 2008 dan diberikan berdasarkan dimulainya kegiatan. Subsidi yang diberikan mulai dari Rp1.650 juta sampai dengan dengan Rp1.750 juta. Subsidi ini diserahkan kepada masing-masing koperasi untuk dikelola guna meringankan beban masyarakat.
Untuk kegiatan kemasyarakatan, biaya operasional dibebankan pada biaya operasional kampung. Sedangkan warga yang mendapat aliran listrik dikenai biaya Rp. 2500 hingga Rp 3000 /hari. Sementara untuk kegiatan-kegiatan lain dimusyawarahkan dengan warga setempat sehingga terjadinya keadilan dan transparansi pengggunaan anggaran. Bagi sekolahan tidak ada patokan biaya, karena koperasi sendiri yang menentukan untuk fasilitas umum. Listrik hidup sesuai kebutuhan atau disesuaikan dengan jam belajar sekolah sedangkan dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB, untuk pemukiman masyarakat. “Jangan jadikan bantuan ini menjadi sumber perpecahan antar warga”, pinta Febrialin. “Pemerintah dalam hal ini sebagai pengawas dan melakukan control”, katanya lebih lanjut. Pengelolaan termasuk tenaga operator mensin genset diserahkan kepada koperasi yang telah dibentuk warga setempat.

(*humas-crew/nn)