Sosialisasi Peluang dan Tantangan Penerapan ACFTA di Indonesia

0
352

BATAM- Menjawab tantangan yang akan dihadapi pasca berlangsungnya Free Trade Agreement Cina –Asean atau ACFTA, Departemen Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Badan Komunikasi dan Informatika Kota Batam menggelar dialog publik tentang “Tantangan dan Peluang Perdagangan Bebas Asean-Cina (ACFTA) Bagi Dunia Usaha Indonesia”. Forum dialog public ini dibuka oleh Wakil Wali Kota Batam, Ria Saptarika, Kamis (18/2) di Hotel Goodway. Acara dialog ini dihadiri oleh Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo, Freddy H Tulung yang mewakili Menteri Kominfo, Tifatul Sembiring. Melalui dialog ini, Depkominfo menghadirkan pembicara seperti Dr.Avilliani selaku pengamat ekonomi, Dirjen Kerjasama Asean Kementrian Luar Negeri, Djauhary Oratmangun, Erwin Aksa, Ketua Umum Hipmi dan Ahmad Hijazi, kadisperindag dan ESDM Pemko Batam.

Diantaranya topik yang disampaikan dalam dalog ini yakni kebijakan dan langkah pemerintah dalam menghadapi perdagangan bebas Asean-Cina. Kesiapan praktisi Industri perdagangan bebas Asean-Cina yang disampaikan oleh Erwin Aksa. Prediksi perdagangan Indonesia-Asean-Cina dalam ACFTA yang disampaikan oleh Avilliani.

Dalam laporannya, Kepala Badan Kominfo Pemko Batam, Raja Muchsin menyampaikan bahwa forum dialog ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pengusaha di Batam terkait Free Trade Aggreement Asean-Cina.  Peserta yang diundang untuk mengikuti dialog ini tidak hanya dari kalangan pengusaha, melainkan juga dari pelaku usaha kecil menengah, industry, jasa dan organisasi pemuda yang ada di Batam. Pertemuan yang digelar melalui forum dialog ini menurut Freddy H Tulung, Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo merupakan pertemuan yang sangat penting. Terutama dalam peranan Batam dalam mendukung perekonomian nasional. Freddy mengatakan ada tiga tantangan yang dihadapi  nantinya yakni, globalisasi, demokratisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam kesempatan itu, Freddy menyampaikan sejarah dimulainya Free Trade Aggreement ini. Free Trade Aggreement menurutnya telah dipersiapkan sejak  tahun 1992 silam, dan dimulai pada tahun 2002 yang mengikat sebelas Negara. Negara ini terdiri dari sepuluh Negara Asean dan Negara Cina. Free Trade Aggreement ini sendiri baru efektif pada Januari 2010 lalu. Dan perdagangan Asean-Cina ini berada pada urutan ke tiga terbesar di dunia. Dari aspek penduduk, jumlah penduduk di Negara Asean berjumlah 580 juta sedangkan jumlah penduduk Cina mencapai 1,380 juta jiwa. Dari segi luas wilayah, luas wilayah Negara Asean 4,5 juta kilo meter persegi sementara luas wilayah Negara Cina mencapai 14,2 juta kilo meter persegi. Melalui Free Trade Aggreement ini market yang ditawarkan cukup besar meskipun ketentuannya belum rampung 100 persen.

“Untuk itu kita perlu menyiapkan langkah-langkah. Ada rencana untuk merenegosiasi 288 komponen produk karena yang sudah siap dipasarkan baru 153 produk. Adanya anggapan PHK massal dengan Free Trade Anggreement ini akan dijelaskan nantinya oleh pembicara-pembicara yang paham akan hal ini,” jelasnya.

Pemerintah Kota (Pemko) Batam melalui Wakil Wali Kota Batam, Ria Saptarika menyambut baik pelaksanaan kegiatan forum dialog public interaktif yang diselenggarakan di Kota Batam. Karena Batam merupakan salah satu kota industri yang perkembangannya sangat cepat untuk itu perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman kepada segenap komponen masyarakat, khususnya pelaku usaha di sector industry, perdagangan dan jasa. Menurutnya, perdagangan bebas Asean-Cina yang telah dimulai sejak 1 Januari 2010, mendesak Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada Negara-negara Asean dan Cina.

Mengenai ancaman beredarnya produk Cina di Indonesia,  Ria mengatakan bahwa ini merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat. ACFTA merupakan peluang dan tidak perlu dikhawatirkan. Untuk pangsa pasar, menurutnya peluang pasar di Cina lebih besar, cuma bagaimana kita dapat menangkap peluang itu. Untuk itu yang harus dipikirkan bukan cuma menangkis produk yang dipasarkan tersebut, tapi bagaimana menyerang dengan memasarkan produk dalam negeri ke Cina. Terlebih dari segi SDM menurutnya tidak ada yang perlu diragukan lagi, karena Batam memiliki kelompok muda yang bisa memamfaatkan peluang ini.

(crew_humas/dv)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here