Batam, Wakil Walikota Batam Ria Saptarika menerima kedatangan Tim dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Rabu (16/12) di lantai 4 Kantor Walikota Batam. Tim yang pimpin A Sarwiyana Sastratenaya, dalam presentasinya mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik jangka panjang. PLTN dipandang mampu menjawab tantangan keandalan pasokan, keekonomian dan ramah lingkungan. Tujuan kedatangan tim tersebut ke Batam adalah memberikan solusi untuk pemenuhan kebutuhan Batam akan listrik dengan PLTN. Alasan kenapa Batam yang dipilih karena letak Batam yang secara geografis sangat menguntungkan tidak ada patahan yang menyebabkan gempa bumi, tidak adanya gunung berapi dan sunami. Sehingga kontruksi yang dibuatpun tidak perlu mempertimbangkan hal tersebut.
Menurut Sarwiyana energi nuklir akan menjadi solusi yang optimal dalam penyediaan energi listrik masa depan karena nuklir dapat digunakan satu sampai satu setengah tahun sehingga menjamin pasokan listrik karena tidak terganggu pasokan bahan bakarnya. Energi listrik yang dihasilkan bersih, karena PLTN praktis tidak mengemisikan CO2 sehingga ramah lingkungan dan berperan dalam mengurangi pemanasan global. Aman, karena perkembangan teknologi PLTN semakin pesat dengan lebih meningkatkan faktor keselamatan, keandalan dan keekonomian.
Infrastruktur dasar untuk menunjang pemanfaatan PLTN di Indonesia sebagian besar telah siap. Dan keterlambatan pemanfaatan PLTN akan semakin menimbulkan kerugian yang besar.
Peran dan manfaat energi nuklir dapat dilihat dalam Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 mengenai kebijakan energi nasional. Sedangkan kesiapan pemanfaat PLTN di Indonesia terdapat di Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025, Bab IV yang menyebutkan mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat.
Ida Nuryatin salah satu anggota tim yang melakukan survey terhadap Batam mengenai kesiapan Batam jika didirikan PLTN, mengatakan saat ini jaringan listrik Batam masih didominasi oleh pembangkit diesel, sehingga meningkatnya harga minyak bumi belakangan ini berdampak pada meningkatnya biaya operasional pembangkit. Selain itu masih menurut Ida, harga minyak yang cenderung terus meningkat menjadikan pembangkit diesel kurang kompetitif, maka diperlukan sumber energi lain di masa depan.
Melalui PLTN meskipun biaya modal besar, namun karena biaya operasi dan bahan bakar rendah jika dibandingkan dengan PLTD dan PLTG, maka harga listrik PLTN cukup kompetitif. Persentase biaya bahan bakar terhadap biaya pembangkitan yang relatif rendah menjadikan harga listrik PLTN tidak begitu terpengaruh oleh adanya gejolak harga bahan bakar.
Dalam kesempatan tersebut Ida memberikan kesimpulan bahwa PLTN akan menjadi solusi alternatif yang menarik pada kondisi harga minyak tinggi. Dan dengan adanya interkoneksi dengan ASEAN Grid maka opsi nuklir akan semakin berpeluang, PLTN berdaya 600 MW dapat menjadi pilihan.
Menyikapi presentasi yang disampaikan Tim dari Batan tersebut, Ria menyambut baik tawaran pendirian PLTN di Batam, namun semangat yang ada harus didukung oleh pihak lain diantaranya OB sebagai pengelola lahan, dan PLN Batam sebagai penyedia listrik di Kota Batam.
Jika terjadi krisis listrik di Batam pada prinsipnya Pemerintah Kota Batam mendukung dibangunnya PLTN di Batam, namun harus dilakukan kajian mengenai aturan hukum dan sosialisasi kepada masyarakat, ujar Ria
Perwakilan dari PLN Arnihanus mengatakan jika terjadi krisis listrik di Batam, PLTN merupakan salah satu solusi pembangkit listrik. Untuk Kota Batam dengan daya terpasang 336 MW, Daya Mampu Netto (DMN) rata-rata 229 MW dan cadangan energi 72 MW . Sehingga apabila menggunakan PLTN cukup menggunakan daya skala kecil yaitu 100 MW.
Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari Otorita Batam Wayan Subawa dan Novianto, perwakilan dari Poltek Batam Eko, Kabid SDM Disparbud Amirudin beserta staf, dan perwakilan dari PLN Batam.
(crew-humas.nn/yd)
foto lainnya**
