“Seperti di Bengkong Laut dan daerah lainnya yang banyak dikunjungi wisatawan asing, masih tampak sampah yang berserakan di laut Pak. Begitu juga di perumahan bisa seminggu atau dua minggu sekali diangkutnya. Bagaimana itu Pak?” tanyanya.
Walikota Batam, Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa pada tahun 2006, pertama kali ia sebagai walikota, Batam mendapat status salah satu kota terkotor di Indonesia. Pada 2007 Batam keluar dari status tersebut, artinya kebersihan di Batam dalam kondisi normal.
“Alhamdulillah, tiga tahun berturut-turut, 2008-2010, Batam memperoleh piala adipura, simbol kota terbersih di Indonesia. Kenapa? Karena saat itu kita bekerjasama dengan swasta,” jelas Dahlan.
Tapi kemudian, sambungnya, perusahaan tersebut mengalami kerugian sehingga mengundurkan diri dari kerjasama. Dan setelah itu kembali ke sistem swakelola.
Sekarang Pemerintah Kota Batam sedang merancang sistem pengelolaan sampah menjadi energi listrik. Perencanaan ini bekerjasama dengan Bappenas dan dibantu Asian Development Bank.
Menurut Dahlan, pengelolaan kebersihan ini merupakan bagian dari mewujudkan Batam sebagai kota cerdas atau smart city. Ada tiga konsep smart city yakni smart economy, smart social, dan smart environment.
Selain membicarakan tentang lingkungan, mahasiswa juga menanyakan tentang konsep transportasi yang mendukung Batam menjadi smart city. Dahlan menjelaskan ada tiga hal yang direncanakan yakni pelebaran jalan, pembangunan jalan tol, serta jalur kereta api.
Dahlan mengatakan bahwa pembangunan Batam tidak boleh berhenti. Karena bangsa Indonesia sudah terlanjur mengharapkan Batam sebagai sumber rejeki.
“Kita harus menjadikan Batam ini menjadi kota yang cerdas. Kota yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan tepat. Kota yang berikan jaminan keamaan bagi masyarakat. Kota yang mempermudah masyarakat. Kota yang airnya tidak macet. Kota yang listriknya tidak padam,” pesannya kepada pemuda-pemudi calon penerus pembangunan Batam tersebut.