Pekan ini, Dahlan menyampaikan khutbah Jumatnya di Masjid At-Taqwa Kelurahan Tanjunguban Kabupaten Bintan. Pada kesempatan tersebut ia mengajak jemaah yang hadir untuk bersyukur karena telah sampai di bulan Rajab.
“Alhamdulillah kita masuk bulan Rajab. Rajab adalah salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan Allah. Rajab, Sya’ban, Ramadhan, tiga bulan berturut-turut yang mulia dari 12 bulan,” kata Dahlan, Jumat (24/4).
Oleh karena itu, sambung Dahlan, sesuai yang diajarkan Rasulullah, kita hendaknya membaca doa “Allahumma bariklana fii rajaba wa sya’ban wa balighna fii ramadhan” yang artinya Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.
Dalam khutbahnya, Dahlan juga menyampaikan betapa pentingnya menjaga shalat. Karena shalat adalah tiang agama. Artinya bila shalat kita baik, maka agama kita juga baik. Selain itu shalat juga bisa mencegah kita dari perbuatan buruk atau mungkar, terutama bila dilakukan secara rutin danon time.
“Pada bulan Rajab ini salah satu kejadian adalah isra miraj. Intinya isra miraj ini adalah satu, perintah shalat. Perintah ini diterima langsung Rasulullah dari Allah,” terangnya.
“Tidak ada artinya bila ribuan orang meramaikan perayaan isra miraj bila tidak shalat. Sesungguhnya shalat itu adalah tiang agama. Kalau kita tidak shalat, maka agama ini akan runtuh,” sambung Dahlan.
Ia mengingatkan jemaah yang hadir bahwa sebagai masyarakat Melayu patut bersyukur karena mendapatkan warisan islam yang benar, tidak bercampur-campur. Meski terkadang ada sedikit perbedaan, tapi itu adalah rahmat.
“Rasul ketika mengembangkan islam di Mekah mendapat tantangan luar biasa. Yang menantang bukanlah siapa-siapa, mereka adalah keluarga Rasul sendiri. Begitulah tantangan untuk berbuat baik ini. Saat ini media massa banyak yang terus menyudutkan umat islam, kita di negeri melayu ini harus kokoh mempertahankan. Dan yang terpenting melaksanakan ibadah kepada Allah,” pesannya.
Dahlan membenarkan bahwa siklus kehidupan terus berubah. Tanjunguban yang dulu dikenal sebagai pusat lumbung minyak yang luar biasa justru mengalami pasang surut. Sampai kemudian Batam dan Bintan dibangun, Tanjunguban pun ikut bangkit secara ekonomi, meski tidak secepat Batam.