Media Center Batam - Angka kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di Provinsi Kepulauan Riau pada 2017 tumbuh lebih dari 70 persen. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kepri, Iwan M Ridwan mengatakan hal ini harus menjadi perhatian industri perbankan.
"Aset secara total tumbuh 9 persen, kredit juga tumbuh 4 persen, dana pihak ketiga tumbuh 10 persen. Tapi ternyata NPL juga naik, rasionya 3,24 persen," kata Iwan saat peresmian Kantor Cabang Pembantu Bank Riau Kepri di Batuaji, Kamis (5/4).
Ia akui pertumbuhan NPL ini salah satu penyebabnya adalah kelesuan ekonomi, khususnya di Batam. Karena berdasarkan data, 78-80 persen porsi NPL Kepri itu ada di Kota Batam. Sedangkan ibukota provinsi, Kota Tanjungpinang menyumbangkan 14 persen NPL.
Iwan berharap dengan menggeliatnya kembali industri di Batam, angka NPL bisa menurun pertumbuhannya. Dan dunia perbankan tetap harus menjaga NPL Kepri ini berada di bawah 5 persen.
"NPL kita memang masih di bawah 5 persen, tapi sudah naik. Jadi ini hati-hati. Apalagi posisinya sekarang di atas nasional. NPL nasional kurang lebih 2 koma. Harus lebih hati-hati dalam pengelolaan," ujarnya.
OJK, kata Iwan, terus lakukan pengawasan terhadap angka NPL ini. Pengawasan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurutnya tidak ada kebijakan secara khusus. Tapi dari sisi pengawasan, dalam proses perkreditan harus melakukan prudential banking atau prinsip kehati-hatian.
"Itu terus kami ingatkan kepada semua bank, baik bank umum maupun BPR," kata Iwan.